MAKANAN KHAS SUBULUSSALAM SEJAK ZAMAN DAHULU
Kota Subulussalam yang mekar pada
2 Januari 2007 silam,merupakan salah satu daerah yang memiliki areal perkebunan
dan pertanian yang cukup luas.Daerah ini juga merupakan kawasan perkebunan
meski statusnya sebagai kota lantaran hamparan tanah di sana didominasi hutan
dan kebun. kota yang dikenal dengan semboyan Sada Kata ini memiliki aneka
kearifan lokal seperti makanan tradisional. Namun, selama ini sejumlah budaya
lokal nyaris terkikis oleh kemajuan zaman. Salah satu penganan tradisional
tersebut sebagai cemilan yakni Lompong Sagu.Makanan ini berfungsi sebagai
cemilan dan sangat sehat dikonsumsi.
LOMPONG
SAGU merupakan salah satu makanan ringan atau jajanan tradisional yang digemari
masyarakat pribumi Subulussalam. Penganan dengan perpaduan antara sagu, kelapa,
dan pisang ini dimasak dengan cara
dibakar pada perapian menggunakan arang kayu atau tempurung kelapa, seperti
memasak sate. Kudapan satu ini sangat
terkenal di kalangan masyarakat Kota Subulussalam, termasuk Aceh Singkil yang
merupakan kabupaten induk Subulussalam dimekarkan 2 Januari 2007 silam.
Apalagi warna dan aroma khas daun pisang pembungkus lompong yang aduhai, akan mengundang selera siapapun untuk menyantapnya. Ciri khas lompong ini kenyal, tidak terlalu manis, dan lengket. Warnanya yang kecokelatan karena ditambah campuran serpihan kelapa parut menambah cita rasa tersendiri. Ukurannya pun tidak besar, kira-kira sepanjang 20 centimeter dengan diameter setengah inci atau dua pertiga inci. Jadi, mungkin perlu tambah dua atau tiga bungkus agar puas memakan kudapan ini.
Pemanggangannya akan lebih baik menggunakan arang atau tempurung kelapa. Bagi Anda yang sedang berada di Subulussalam, sayang sekali bila melewatkan makanan satu ini. Bila Anda ingin segera mencicipi hidangan asli Kota Subulussalam ini, hanya dapat menemukan pada tempat tertentu. Sebab, tidak semua orang mahir membuat lompong secara baik. Meski demikian, di Kota Subulussalam terdapat beberapa pedagang yang saban hari berjualan Lompong.
Bahan yang diperlukan untuk membuat cemilan ini cukup sederhana. Begitu juga proses pembuatannya. Lompong juga cocok dijadikan sebagai camilan pendamping saat minum kopi atau teh panas yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Aceh. Proses pembakarannya juga harus terjaga agar tidak terlalu gosong dan akan mempengaruhi cita rasa. Bahkan, bisa tidak matang secara sempurna. Saat Lompong menjelang matang, aroma harumnya kian terasa.
Zaman dulu, lompong merupakan makanan tradisional yang cukup populer di kalangan masyarakat Subulussalam. Apalagi di era 1960-1995. Kala itu, lompong menjadi salah satu jajanan yang mudah didapatkan selain pisang goring dan godok-godok. Sebab, dulu jajanan instan masih jarang dijual. Kalaupun ada, tidak sebanyak saat ini. Sehingga, umumnya masyarakat, terutama anak-anak jajan di pasar membeli lompong atau jajanan tradisional.
Selain dibungkus dan dibakar dengan bara, proses pengolahan lompong dapat pula dilakukan seperti memasak serabi atau apem. Namun, dibuat melebar seperti martabak. Hanya saja, lompong dengan model ini lebih tipis dari martabak dan tetap dimasak dengan dilapisi daun pisang.
Bagaimana anda tertarik mencicipinya ?
Silahkan Langsung saja berkunjung ke kota subulussalam
Komentar
Posting Komentar