GAMBARAN UMUM KOTA SUBULUSSALAM


1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

- Kondisi Geografis

Kota Subulussalam merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masih relatif muda juga mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota di pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh dan merupakan pintu masuk ke Aceh dari sebelah selatan karena berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara.

Secara Gegrafis Kota Subulussalam terletak pada posisi 02° 27’ 30” - 03° 00’ 00” LU/ North
Latitude dan 0 97° 45’ 00’ - 98° 10’ 00” BT/ East Latitude. Kota Subulussalam dalam konstelasi regional berada di bagian perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:


  • Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara;
  • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, Provinsi Sumatera Utara;
  • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil; dan
  • Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon Timur,Kabupaten Aceh Selatan.
- Administratif

Kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dengan 74 Desa yaitu Kecamatan Simpang Kiri yang terdiri dari 14 Desa, yaitu Kecamatan Penanggalan yang terdiri dari 10 Desa,Kecamatan Rundeng yang terdiri dari 23 Desa, Kecamatan Sultan Daulat yang terdiri dari 17 Desa serta Kecamatan Longkib dengan 10 Desa.Kota Subulussalam memiliki luas wilayah 1.391 km2 dengan luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Sultan Daulat (±43,3%), sedangkan kecamatan dengan luasan terkecil adalah Kecamatan Penanggalan (±6,7%). Untuk lebih jelasnya, peta kondisi adminstratif Kota Subulussalam dapat dilihat pada lampiran.

2. Kondisi Topografi dan Morfologi

Berdasarkan karakteristik topografisnya, Kota Subulussalam dikalsifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:


  • Dataran Rendah yang menjadi dominasi karakteristik bentang alam Kota Subulussalam,dengan kemiringan 00 – 20 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 45%;
  • Daerah/dataran Landai dengan kemiringan 20 – 50 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 10,80%; dan
  • Dataran tinggi dengan kemiringan 50 – 150 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 26,45%.
  • Dataran perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan 150 – 1000, yaitu:
  • Daerah perbukitan dengan kemiringan 150 – 400 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 17%; dan
  • Daerah pegunungan terjal dengan kemiringan melebihi 400 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 1,12%.Morfologi Kota Subulussalam secara umum bervariasi, baik morfologi berupa perbukitan maupun morfologi bergelombang dan lahan datar.
Morfologi Kota Subulussalam berbukit di bagian timur dan kemudian semakin ke arah barat semakin bergelombang dan mendatar. Bagian tertinggi Kota Subulussalam mencapai ketinggian 1.000 mdpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 50 mdpl, sehingga dengan adanya margin yang cukup tinggi antara ketinggian terendah dengan ketinggian tertinggi ini, dapat dikatakan bahwa Kota Subulussalam memiliki kondisi morfologi yang unik dimana baik dataran maupun pegunungan terdapat pada kota ini.

Berdasarkan hal tersebut, maka morfologi di wilayah Kota Subulussalam dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi pedataran.

  1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian pegunungan yang tingginya antara 800 – 1.000 mdpl dan keterjalan lebih dari 40°. Aliran sungai mempunyai pola dendritik – sub dendritik, sebagian trellis karena mengikuti pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk V dan sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju dewasa.
  2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Land ai, dicirikan oleh perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 800 m dpl dan kemiringan lereng antara 15º - 40º. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan sebagian berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen.
  3. Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan kemiringan lereng antara 0° hingga 15° dan pola aliran anyaman “braided stream” yang umum terjadi di daerah muara sungai.

3. Geologi dan Jenis Tanah

Beberapa jenis tanah yang membentuk struktur tanah di Kota Subulussalam terdiri atas jenis tanah komplek PMK dan litosol, podsolik merah kuning (PMK), organosol dan glei humus, komplek PMK, litosol dan latosol. Jenis tanah PMK mendominasi pada wilayah utara dan timur Kota Subulussalam, sementara jenis tanah Organosol dan Glei Humus mendominasi jenis tanah di wilayah selatan dan barat Kota Subulussalam. Hanya sedikit saja sebaran jenis tanah PMK, Listosol dan Latosol.

Adapun karakteristik khas jenis tanah di Kota Subulussalam adalah sebagai berikut :

  • Podsolik Merah Kuning (PMK) memiliki karakteristik keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek dan mudah larut. Kandungan bahan organic pada jenis tanah ini hanya sekitar 10 %,serta memiliki kandungan unsur hara yang rendah. Permeabilitas tanah sedang hingga agak lambat, serta memiliki daya menahan air yang kurang baik serta peka terhadap erosi.
  • Organosol, tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dengan bahan organik. Ketebalan minimum 40 cm dan paling sedikit mengandung 30 % bahan organik atau lebih 20 % bila berpasir. Warna tanah gelap, pH rendah, drainase terhambat sampai sangat terhambat. Bila hendak digunakan untuk pertanian memerlukan drainase/irigasi.
  • Latosol, merupakan tanah yang miskin akan zat hara terutama zat Pospat, Kalium dan Nitrogen dan rendah kadar humusnya, bersifat butir, teduh dan mantap, tidak ploistis (lembut) serta tahan terhadap erosi. Jenis tanah ini dapat diolah untuk pertanian sepanjang tahun.

Sifat tanah yang mudah longsor menjadi salah satu kendala dalam pengembangan Kota Subulussalam, begitu pula dengan sifatnya yang menghambat drainase.Ditinjau dari struktur geologis, Kota Subulussalam memiliki struktur geologi yang terdiri atas arrenite sandstone, boulder-sandstone, conglomerate, sandstone, tuff, volcanic rock.

Dari beragamnya struktur geologis tersebut, Kota Subulussalam didominasi oleh struktur geologi conglomerate. Sedangkan struktur geologi yang memiliki komposisi terkecil adalah tuff.Struktur arrenite sandstone mendominasi di wilayah perbukitan di bagian timur Kota Subulussalam beserta dengan struktur sandstone, yaitu di Kecamatan Penanggalan. Struktur conglomerate yang mendominasi struktur geologi

Kota Subulussalam tersebar di seluruh kecamatan, dengan dominasi pada Kecamatan Simpang Kiri. Komposisi tuff dan volcanic rock mendominasi di bagian utara pada areal hutan yakni di Kecamatan Sultan Daulat. Sementara komposisi boulder-sandstone mendominasi areal di samping sungai-sungai yang melintasi Kota Subulussalam, terutama sungai Lae Kombih, Lae Soraya, Lae Belegen, dan Lae Batu-batu.

4. Hidrologi

Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum (sanitasi), transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Kota Subulussalam memiliki potensi terkait dengan hal ini. Sumberdaya air di Kota Subulussalam meliputi air permukaan yaitu air sungai dan rawa, serta air tanah yang bersumber dari mata air. Salah satu potensi sumberdaya air adalah Sungai Besar Lae Soraya yang memiliki hulu di Lawe Alas Aceh Tenggara. Selain Lae Soraya, terdapat beberapa sungai lainnya dengan kapasitas yang lebih kecil serta anak-anak sungai yang tersebar di Kota Subulussalam. Secara umum, karakteristik sungai-sungai di Kota Subulussalam berkelok pendek sehingga sering menimbulkan bencana genangan/luapan sungai, namun dengan lebar sungai yang sangat memadai seperti Lae Soraya, beroptensi untuk dijadikan sebagai media transportasi sungai. Sungai-sungai di Kota Subulussalam belum bertanggul, juga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya bencana genangan akibat luapan sungai.

Dalam hal pengelolaan Wilayah Sungai (WS), Kota Subulussalam termasuk ke dalam WS Alas-Singkil sebagai WS lintas provinsi karena menjadi sumber air bagi Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Oleh karenanya, pengelolaan WS yang melintasi Kota Subulussalam ini menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, yang didasarkan pada Permen PU No.11A/PRT/M/2006.

Terdapat 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terkait dengan Kota Subulussalam, yaitu DAS Lawe Alas, DAS Trumor, DAS Simpang Kanan, dan DAS Simpang Kiri. Aliran sungai yang melintasi wilayah Kota Subulussalam adalah:


  1. Sungai Lae Soraya yang merupakan sungai besar yang melintasi Kota Subulussalam di batas barat kota, mengalir dari utara ke selatan melalui Kecamatan Sultan Daulat, Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Longkip hingga Kabupaten Aceh Singkil.
  2. Sungai Lae Kombih yang membentang dari timur ke barat kota, mengalir dari Provinsi Sumatera Utara melintasi Kecamatan Penanggalan, Kecamatan Simpang Kiri dan Kecamatan Rundeng, bermuara pada Sungai Lae Soraya di Kecamatan Rundeng.
  3. Sungai Lae Batu-Batu mengalir melintasi Kecamatan Sultan Daulat dan Kecamatan Rundeng, memiliki hulu di Kecamatan Sultan Daulat dan bermuara di Lae Belegen, Menuju Lae Soraya.
  4. Sungai Lae Biski yang merupakan hulu dari sungai Lae Batu-batu di Kecamatan Sultan Daulat.
  5. Sungai Lae Belegen yang mengalir dari Kecamatan Simpang Kiri menuju Kecamatan Rundeng dan bermuara di Sungai Lae Soraya.
  6. Sungai Lae Sarkea yang merupakan daerah hulu, mengalir dari Kecamatan Penanggalan menuju Kecamatan Simpang Kiri dan bermuara di Sungai Lae Belegen.
  7. Sungai Lae Penuntungan di Kecamatan Penanggalan, bermuara di Sungai Lae Sireprep.
  8. Sungai Lae Sireprep yang merupakan daerah hulu di Kecamatan Penanggalan, mengalir menuju Kecamatan Simpang Kiri dan bermuara di Sungai Lae Belegen.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH PANJANG SEBELUM PENETAPAN NAMA MENJADI SUBULUSSALAM

Segelintir Kisah Makam SYEKH MAULANA ABDUL QADIR di Gosong Telaga Aceh Singkil yang Dianggap KERAMAT

TOKOH PANUTAN MASYARAKAT ACEH SINGKIL dan SUBULUSSALAM

ADAT PERKAWINAN DALAM MASYARAKAT SINGKIL DAN KOTA SUBULUSSALAN

Begini SEJARAH PULAU BANYAK ( ACEH SINGKIL )

kisah SRIKANDI ( SITI AMBIA ) SINGKIL yang MENAKLUKKAN BELANDA

SIMPANG KIRI dan SIMPANG KANAN Sebagai Wilayah ADMINISTRATIF Era Pemerintahan HINDIA BELANDA

BENTENG KOLONIAL BELANDA SEWAKTU di ACEH SINGKIL ( Tempoe Doeloe )

Derita Kerajaan Singkil Era Penjajahan Belanda dan Jepang