Ekosistem Leuser adalah kawasan hutan yang berada di provinsi Aceh dan Sumatera Utara di pulau Sumatera di Indonesia.Meliputi lebih dari 2,6 juta hektar,ini adalah salah satu hamparan hutan hujan tropis terkaya di Asia Tenggara dan merupakan tempat terakhir di bumi dimana gajah sumatran,badak sumatran,harimau sumatera dan orangutan sumatran ditemukan dalam satu area.Ini memiliki salah satu sistem hutan terkaya dan paling tidak dikenal di dunia,dan vegetasinya merupakan sumber penting oksigen di Bumi.
Geografi
Ekosistem membentang dari pantai Samudera Hindia sampai Selat Malaka.Ini mencakup dua pegunungan yang luas termasuk Gunung Leuser yang mencapai 3.345 m,dua gunung berapi utama,tiga danau dan lebih dari sembilan sistem sungai utama.Selain menyediakan habitat untuk sejumlah spesies satwa langka,ekosistem berfungsi sebagai pendukung kehidupan selama kurang lebih empat juta orang yang tinggal di sekitarnya dengan menyediakan pasokan air,kesuburan tanah,pengendalian banjir,regulasi iklim dan mitigasi hama.
Ekologi
Ekosistemnya adalah rumah bagi populasi terbesar harimau sumatera,gajah sumatera,badak sumatera dan orangutan sumatera.Setidaknya ada 130 spesies mamalia di dalam ekosistem yang berarti satu dari 32 mamalia di dunia ditemukan di sana,atau seperempat mamalia Indonesia.Primata yang berada di dalam ekosistem termasuk siwak putih,siamang,kera,kukang dan lutung.Leuser adalah rumah bagi tujuh jenis kucing termasuk macan kumbang, kucing emas Asia,dan linsang yang terlihat. Beruang matahari cukup umum di dalam batas-batas ekosistem.
Herbivora yang paling umum ditemukan di Leuser adalah rusa yang meliputi rusa sambar,kijang dan kancil.Di antara reptil terbesar yang ditemukan di Leuser adalah kura-kura dan kura-kura.Yang paling berbisa adalah ular yang termasuk raja kobra dan ular piton yang bisa mencapai hingga sepuluh meter panjangnya. Pantau kadal,kadal,tokek dan berbagai katak juga biasa terjadi.
Sedikitnya 325 spesies burung telah tercatat di ekosistem dengan setidaknya delapan spesies endemik ke Sumatera. Keanekaragaman jenis burung yang kaya ini meliputi: pemakan lebah, flycatcher, penarik bunga, honeyguides, kingfishers, spiderhunters, burung pelatuk, barbet, bablers, broadbills, bulbul, drongos, hornbills, magpies, minvets, myna, orioles, robins, shamas, shrikes, burung walet, burung hantu, burung tekukur, burung merpati, burung merpati, burung merpati, burung merpati, burung puyuh, parkit, burung beo, burung nuri, burung layang-layang, burung layang-layang, burung nuri bitterns, herons, finfoots, bebek, snipes, sandpiper, wader, elang, elang, nightjars, burung hantu, elang ular, elang elang, elang ikan, elang laut, dan banyak lagi.
Ekosistem Leuser terdiri dari salah satu contoh vegetasi Indo-Malayan (Malesia) yang tersisa dengan perkiraan sekitar 45% dari sekitar 10.000 spesies tanaman yang tercatat. Secara umum ekosistem dapat dicirikan sebagai komunitas hutan hujan montana. Namun, tipe vegetasi khas sampai dengan ketinggian 600 meter adalah hutan dataran rendah tropis yang lembab yang ditandai dengan cerita berlapis-lapis dengan pohon-pohon yang muncul mencapai antara 45 dan 60 meter tingginya dan kepadatan spesies pohon buah yang tinggi. Varietas jenis pohon yang banyak ditemukan di Leuser mewakili hampir semua strategi kehidupan pohon, mulai dari pembungaan akar dan batang pohon berbunga sampai jenis ranting yang sama. Di antara pohon yang paling penting dan mengesankan adalah beberapa jenis tangkapan yang mencekik. Bunga terbesar di bumi; Rafflesia parasit adalah relatif umum di ekosistem.
Sejarah terkini
Sebagai hasil kesepakatan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah pusat di Indonesia, Aceh diberi tingkat otonomi yang signifikan mengenai sumber daya alamnya, termasuk hak untuk mengatur Ekosistem Leuser. Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh saat ini, mendirikan Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL) untuk mengatur Ekosistem Leuser dan mengkoordinasikan pengelolaan satwa liar di Aceh. Pemerintah Aceh setempat telah memperkenalkan rencana pengembangan lahan yang akan membuka sekitar 1,2 juta hektar 2,6 juta hektare hutan untuk pertambangan, penebangan, dan pertanian.Sekelompok warga Aceh telah memutuskan untuk menuntut Kementerian Dalam Negeri.
Leuser Sebagai Kawasan Strategis Nasional
UU No.26 / 2007 tentang Penataan Ruang telah menetapkan konservasi dan kawasan keanekaragaman hayati yang penting sebagai Kawasan Strategis Nasional. Salah satu kawasan tersebut adalah Taman Nasional Gunung Leuser, dan Ekosistem Leuser yang lebih luas. Kawasan ini menyediakan air bagi hampir 4 juta orang yang tinggal di Aceh dan ini sangat penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, serta simbol status penting Aceh. Pelestari memuji pemerintah daerah yang bersikap keras terhadap kegiatan kriminal di Kawasan Strategis Nasional seperti Leuser; Undang-undang No.26 / 2007 memungkinkan tuntutan pidana diajukan terhadap tidak hanya mereka yang melakukan kegiatan ilegal di daerah tersebut, tetapi juga bagi mereka yang memberikan izin agar kegiatan kriminal dapat dilakukan. Ini merupakan tonggak penting, dan menghalangi penegakan pejabat korup dari 'menjual' izin untuk melakukan kegiatan dapat merusak ekosistem yang sensitif ini. UU Tata Ruang Nasional menetapkan hukuman maksimal 5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta. Pemerintah Aceh tidak menyebutkan status KEL sebagai kawasan strategis nasional dalam rencana penggunaan lahannya yang dikeluarkan melalui Qanun No. 19/2013.
Jalan
Salah satu ancaman terbesar terhadap Ekosistem Leuser adalah pembangunan jaringan jalan melalui hutan. Perluasan jalan dan permukiman ke daerah ini menyebabkan peningkatan deforestasi dan memungkinkan pembalakan liar dan perburuan liar dilakukan dengan lebih mudah. Sebuah jaringan jalan yang diusulkan dikenal sebagai "Ladia Galaska" yang menghubungkan pantai timur dan barat Aceh dan memotong Ekosistem Leuser di setidaknya sembilan tempat akan berdampak buruk pada hewan-hewan di daerah itu, banyak spesies yang tidak melintasi jalan. Rencana untuk jalan yang diusulkan tersebut terdiri dari 450 kilometer jalan utama ditambah lebih dari 1200 kilometer jalan kecil, yang sebagian besar berada di dalam batas-batas Ekosistem Leuser.
Perkebunan kelapa sawit
Juga ancaman utama adalah perkebunan kelapa sawit, terutama di daerah pesisir barat Aceh yang dikenal dengan Tripa. Perkebunan kelapa sawit di daerah ini terutama terletak di rawa gambut hingga kedalaman tiga meter. Antara 50 dan 100 juta ton karbon disimpan di rawa gambut, dan dilepaskan ke atmosfer sebagai karbon dioksida saat gambut dibakar. Perkebunan kelapa sawit membersihkan hutan primer dan membakar rawa gambut untuk membangun kanal besar guna memudahkan penanaman kelapa sawit. Degradasi lahan yang disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit di Tripa mengkompromikan kesejahteraan masyarakat lokal dan menghancurkan habitat sejumlah spesies hewan karismatik, termasuk kepadatan orangutan paling tinggi yang ditemukan di manapun di dunia ini. Meskipun ada moratorium dua tahun untuk penebangan hutan, Gubernur Irwardi Yusuf mengeluarkan izin resmi ke perusahaan kelapa sawit PT Kallista Alam untuk memotong dan membakar hutan rawa gambut Tripa, yang membahayakan banyak spesies langka.
Tindakan ini telah mendorong gerakan internasional untuk menyelamatkan Tripa. Kelompok konservasi telah selaras dalam kampanye internasional yang mengakibatkan pembatalan izin perkebunan kelapa sawit yang bersejarah. Ini menetapkan preseden hukum untuk menyelamatkan habitat orangutan yang terancam punah
Ibu kota kecamatan Simpang Kiri pertama kalinya berada di Rundeng,pada masa dahulu salah satu transportasi yang sangat populer adalah lewat jalur air,sungai soraya yang melintasi Rundeng,Kuala kepeng,Gelombang bahkan sampai ke Kota Cane (Aceh Tenggara) merupakan salah satu jalur lewat air yang sangat ramai dilewati.Kendati sepeti itulah Rundeng merupakan ibukota dari kecamatan simpang kiri. Dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman didukung dengan berbagai pemikiran yang maju dan moderen tentang masa depan kecamatan Simpang Kiri,maka kesepakatanpun tercapai melalui peroses musyawarah dengan semua lapisan masyarakat,bahwa ibukota kecamatan Simpang Kiri akan direlokasikan ketempat yang lebih nyaman dan strategis,maka Ibukota kecamatan simpang kiripun direncanakan pindah tempat ke Bustaniyah sekitar 6 km dari Rundeng.Di Bustaniyah tersebut akan dibangun pemukiman penduduk yang tertata degan rapi serta direncanakan dibangun kantor Ass.Wedana. Semua rencana terseb
Sudah Pernah Dengar Ada makam syekh yang berada di gosong telaga yang dianggap masyarakat sekitar sebagai makam keramat ?? Lokasi makam tersebut berada Tidak berapa jauh dari jembatan yang oleh banyak orang dinamakan Jembatan Pelangi - sekitar 800 meter ke arah pantai,terdapatlah satu makam tua berukuran panjang ( 9 meter). Makam tersebut, menurut tuturan orang-orang tua adalah makam ulama Syekh Maulana Abdul Qadir (ada juga yang menyebut Abdul Jalil),seorang ulama yang berasal dari Timur Tengah. Konon,pada masa khalifah Dinasti Ummayah,Umar bin Abdul Aziz (717-720) sangat gigih mengembangkan ajaran Islam ke pelosok dunia tak terkecuali ke Nusantara. Hal ini didorong pula dengan terbentuknya jaringan ulama Timur Tengah atau lingkaran Komunitas Jawi (ashab al-jawiyyin),membuat Islam terus dikembangkan dan diperkenalkan ke seluruh penjuru Nusantara. Jajat Burhanuddin Dalam bukunya Ulama dan Kekuasaan halaman 30 mengatakan,pada abad ke-17 hubungan Kerajaan Aceh Daru
Syekh Bahauddin Tawar Tokoh Panutan Masyarakat Aceh Singkil Dan Subulussalam Aceh singkil tempat beberapa Ulama Kharismatik mendidik, melahirkan kader-kader islam. Satu diantara beberapa ulama kharismatik yang ada di Aceh Singkil yaitu Syekh Al Fadil Haji Bahauddin Tawar Al Yaqin pendiri pesantren yang paling berpengaruh pada masrakat Aceh Singkil, Subulussalam bahkan disumatera utara. Banyak melahirkan alumni yang tidak hanya berbakat dan berpotensi dibidang agama dan ibadah. Beberapa alumni juga berkecimpung di dunia pemerintahan. Alumni tanah merah tersebar diberbagai pelosok negeri selain berceramah menjadi Da’i dan Da’iyah, ada juga melanjutkan studi didalam negeri ataupun diluar dengan bermodalkan ilmu yang dituntut di ponpes Tanah Merah. Terbentuknya cabang madrasah dan pesantren yang tersebar Di Kab Aceh Singkil dan Pemerintahan Kota Subulussalam pimpinannya iyalah Alumni-alumni Tanah Merah. Pesantren Darulmuta’allimin adalah pesantren tertua yang ada di Aceh
Dalam masyarakat singkil terdapat 3 corak perkawinan,yaitu perkawinan biasa, perkawinan angga dan perkawinan melalakan. Perkawinan biasa adalah perkawinan yang di laksanakan dengan upacara adat,baik dengan adat penuh maupun secara sederhana saja. Perkawinan angga,yaitu juga bisa juga disebut kawin panjak ialah perkawianan yang tidak di setujui,tertama oleh orang tua gadis atau karna si gadis telah di tunangkan denagn orang lain. Perkawinan ini membutuhkan kenekatan dari seorang pemuda,yaitu dia datang ke rumah orang tua gadis untuk menyerahkan diri dengan membawa sebilah pisaudan gunting serta kain kafan untuk diri sendiri.Dia siap dibunuh oleh ornag tuanya jika tidak mau di nikahkan, dia rela mati demi cintanya.Biasanya kawin angga disetujui karnaterpaksa dan si pemuda harus membayar mahar yang sanggat tingi. Perkawinan melalaken,yaitu semacam kawin lari. Biasanya ke dua remaja itu langsung pergi menghadap kepala KUA untuk dinikahkan.Biasa perkawinan ini terj
Orang pertama yang mendiami Pualu Tuangku (haloban) yang bernama Tutuwon, Tutuaon ini mulanya terdampar di Teluk Nibung kemudiaan berpindah keTulale (Pulau Tuanku) setelah Tutuwoun merasa cocok untuk mecari penghidupan maka dijemputnya keluarga dari Teluk Nibung untuk mendiami daerah Haloban tersebut dengan membuka lahan pertaniaan di Tulale (Pulau Tuangku) , disinilah babak awal pemukiman di Kepulauan Banyak(Haloban). Berselang beberapa tahun kemudian terjadi sebuah peristiwa peselisihan antara Lawowek dengan Lasengak mereka memper masalahkan tentang siapa diantara mereka yangterlebih dahulu mendiami Haloban (Pulau Tuanku,) didalam perselisihan ini Lasengak kalah dan lari hingga ketengah laut antara Pulau Bangkaru dengan Pulau Lasia, kejadian tersebut diketahi oleh Tutuwoun kemudian membawa kedua orang tersebut kerumahnya di Tulale ( Pulau Tuanku) , sesampai dirumah tamu tersebut disuguhi ubi rebus oleh keluarga Tutuwoen, dengan diberinya ubi rebus di
1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik - Kondisi Geografis Kota Subulussalam merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masih relatif muda juga mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota di pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh dan merupakan pintu masuk ke Aceh dari sebelah selatan karena berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Secara Gegrafis Kota Subulussalam terletak pada posisi 02° 27’ 30” - 03° 00’ 00” LU/ North Latitude dan 0 97° 45’ 00’ - 98° 10’ 00” BT/ East Latitude. Kota Subulussalam dalam konstelasi regional berada di bagian perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara; Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, Provinsi Sumatera Utara; Sebelah
Peperangan Belanda dengan Aceh (1873-1942), telah menguras tenaga dan biaya, serta menewaskan ribuan prajurit dan rakyat biasa. Sejarahwan Paul van’t Veer mencatat bahwa hingga 1914 saja tak kurang dari 37.500 prajurit Belanda yang tewas di Aceh, dan 500.000 lainnya mengalami luka-luka. Lazimnya suatu peperangan, tentu melahirkan pejuang-pejuang. Pejuang-pejuang tersebut, tidak saja pejuang pria melainkan juga memunculkan tidak sedikit pejuang-pejuang wanita, seperti Laksamana Malahayati, Cut Meutia, Cut Nyak Dhien, Tengku Fakinah, Pocut Baren Biheue. Pejuang-pejuang wanita itu, sangat berperan dan terlibat langsung dalam kancah peperangan. Ada yang menjadi prajurit dan ada pula yang menjadi panglima perang. Paling tidak, mereka membantu kaum pria di garis belakang peperangan seperti menyediakan makanan dan memberi motivasi supaya suami dan anak-anak mereka mau berperang melawan penjajah. Peran wanita-wanita Aceh dalam kancah peperangan ini, dinukilkan oleh Zentgraa
Secara administratif pemerintah kolonial Belanda membagi keresidenan Aceh menjadi dua wilayah yang mereka sebut rechtreeks bestuur gebied daerah yang diperoleh oleh Belanda melalui perang.Kepala pemerintahan disebut districthoofd dan daerah taklukan atau zelfbestuur gebied, juga disebut landschap (swapraja),yang dikepalai oleh zelfbestuurder. Onderafdeling Singkil pada waktu itu termasuk dalam Onderafdeling Zuidelijk Atjeh Landschappen, yang terdiri atas distrik Singkil, Simpang Kanan, Simpang Kiri, dan Onderafdeling Banyak Einlanden (Pulau Banyak). Distrik Hoofd Singkil adalah Datuk A. Murad, Simpang Kanan oleh T. Raja Hidayo, Simpang Kiri oleh Ruhum, dan Onder District Pulau Banyak oleh Raja Alamsyah. Controleur onderafdeling Singkil pernah dipegang oleh A.J. Piekaar. Pada tahun 1861 hingga 1907, untuk lebih mudah pengawasan, maka Pemerintah Hindia Belanda atas permintaan komandan tentara Belanda di Kutaraja menugasi Pootman sebagai residen yang sekaligus dipe
TAK BISA DIBANTAH, Singkil adalah “kotanya” ulama. Ulama-ulama yang tersohor di Aceh, berasal dari Singkil. Sebut saja diantaranya, Ali Fansuri, Syekh Hamzah Fansuri, dan Syekh Abdurauf al-Singkili.Ada juga ulama-ulama yang sengaja datang ke Singkil dari daerah lain. Seperti, Abuya Syekh Jalaluddin Padang Ganting, Abuya Syekh M. Aun, H. Abdul Malik (Imam Pulo Pinang).Termasuk juga, H. Umar, Abuya Tengku Syekh H Zamzami Syam dan sejumlah ulama lainnya. Ulama-ulama ini kemudian menetap, menjadi alim, dan mengajar di Singkil. Bahkan, meninggal jasad mereka di makamkan di Singkil.Hebatnya, segala biaya hidup ulama ini, sejak akomodasi dan konsumsi ditanggung sepenuhnya oleh masyarakat Singkil.Ada dengan cara, mengutip beras, dari rumah ke rumah. Ada juga, sedekah dari orang-orang berpunya. - Membangun Masjid Karena Singkil berjuluk kotanya ulama ditambah pula perkembangan Islam sangat pesat di sana. Tak mengherankan, kalau ketersedian masjid, menjadi prioritas uta
Pada masa klonel,singkil pernah dipimpin oleh raja yang bernama lebai depha.Pada mulanya raja ini menerima kehadiran belanda disingkil,bahkan ia memperlakukan belanda secara istimewa karena janji belanda yang menyanggupi membantu singkil untuk melepaskan diri dari kekuasaan kesultanan Aceh. Janji belanda tersebut hanya tipu muslihat saja pada tanggal 14 maret 1672 singkil dipaksa untuk menanda tanda tangani perjanjian belateral yang sangat merugikan yaitu bahwa kerajaan singkil harus setia sepenuhnya kepada belanda,semua hasil bumi harus dijual kepada asosiasi dagang belanda (VOC) dengan harga yang ditentukan Belanda. Sekitar abad ke 17 asosiasi dengan inggris East indian company memasuki wilayah Singkil. Inggris lantas merampas hasil bumi yang sudah menjadi wewenang belanda. Memasuki abad ke18 singkil tidak lagi loyal kepada belanda. Hal ini disebabkan karena kapal – kapal dagang inggris dan amerika mulai berdatangan.Kedua negara itu menumbuhkan iklim perdagangan b
Komentar
Posting Komentar