Postingan

SIMPANG KIRI dan SIMPANG KANAN Sebagai Wilayah ADMINISTRATIF Era Pemerintahan HINDIA BELANDA

Gambar
Secara administratif pemerintah kolonial Belanda membagi keresidenan Aceh menjadi dua wilayah yang mereka sebut rechtreeks bestuur gebied daerah yang diperoleh oleh Belanda melalui perang.Kepala pemerintahan disebut districthoofd dan daerah taklukan atau zelfbestuur gebied, juga disebut landschap (swapraja),yang dikepalai oleh zelfbestuurder. Onderafdeling Singkil pada waktu itu termasuk dalam Onderafdeling Zuidelijk Atjeh Landschappen, yang terdiri atas distrik Singkil, Simpang Kanan, Simpang Kiri, dan Onderafdeling Banyak Einlanden (Pulau Banyak). Distrik Hoofd Singkil adalah Datuk A. Murad, Simpang Kanan oleh T. Raja Hidayo, Simpang Kiri oleh Ruhum, dan Onder District Pulau Banyak oleh Raja Alamsyah. Controleur onderafdeling Singkil pernah dipegang oleh A.J. Piekaar. Pada tahun 1861 hingga 1907, untuk lebih mudah pengawasan, maka Pemerintah Hindia Belanda atas permintaan komandan tentara Belanda di Kutaraja menugasi Pootman sebagai residen yang sekaligus dipe

kisah SRIKANDI ( SITI AMBIA ) SINGKIL yang MENAKLUKKAN BELANDA

Gambar
Peperangan Belanda dengan Aceh (1873-1942), telah menguras tenaga dan biaya, serta menewaskan ribuan prajurit dan rakyat biasa. Sejarahwan Paul van’t Veer mencatat bahwa hingga 1914 saja tak kurang dari 37.500 prajurit Belanda yang tewas di Aceh, dan 500.000 lainnya mengalami luka-luka. Lazimnya suatu peperangan, tentu melahirkan pejuang-pejuang. Pejuang-pejuang tersebut, tidak saja pejuang pria melainkan juga memunculkan tidak sedikit pejuang-pejuang wanita, seperti Laksamana Malahayati, Cut Meutia, Cut Nyak Dhien, Tengku Fakinah, Pocut Baren Biheue. Pejuang-pejuang wanita itu, sangat berperan dan terlibat langsung dalam kancah peperangan. Ada yang menjadi prajurit dan ada pula yang menjadi panglima perang. Paling tidak, mereka membantu kaum pria di garis belakang peperangan seperti menyediakan makanan dan memberi motivasi supaya suami dan anak-anak mereka mau berperang melawan penjajah. Peran wanita-wanita Aceh dalam kancah peperangan ini, dinukilkan oleh Zentgraa

TOKOH PANUTAN MASYARAKAT ACEH SINGKIL dan SUBULUSSALAM

Gambar
Syekh Bahauddin Tawar Tokoh Panutan Masyarakat Aceh Singkil Dan Subulussalam Aceh singkil tempat beberapa Ulama Kharismatik mendidik, melahirkan kader-kader islam. Satu diantara beberapa ulama kharismatik yang ada di Aceh Singkil yaitu Syekh Al Fadil Haji Bahauddin Tawar Al Yaqin pendiri pesantren yang paling berpengaruh pada masrakat Aceh Singkil, Subulussalam bahkan disumatera utara. Banyak melahirkan alumni yang tidak hanya berbakat dan berpotensi dibidang agama dan ibadah. Beberapa alumni juga berkecimpung di dunia pemerintahan. Alumni tanah merah tersebar diberbagai pelosok negeri selain berceramah menjadi Da’i dan Da’iyah, ada juga melanjutkan studi didalam negeri ataupun diluar dengan bermodalkan ilmu yang dituntut di ponpes Tanah Merah. Terbentuknya cabang madrasah dan pesantren  yang tersebar Di Kab Aceh Singkil dan Pemerintahan Kota Subulussalam pimpinannya iyalah  Alumni-alumni Tanah Merah. Pesantren Darulmuta’allimin adalah pesantren tertua yang ada di Aceh

ASAL USUL NAMA GOSONG TELAGA

Gambar
Adanya makam sekaligus nama dan kisah ulama yang wafat di Pantai Gosong Telaga ini,diperoleh masyarakat dari tuturan seorang musafir,belum diketahui siapa namanya,mendatangi Gosong Telaga sekitar tahun 1840,ketika Singkil itu telah berada di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda. Sesampai di Gosong Telaga,ia bercerita tentang adanya makam ulama di Pantai Gosong Telaga.Tuturan musafir tersebut,diucapkan ulang oleh salah seorang tokoh masyarakat Gosong Telaga, Tgk. Mustawi,kepada penulis (tahun 2000). Ketika itu, kata Tgk. Mustawi, sang musafir menceritakan kepada masyarakat,bahwa di bibir Pantai Gosong Telaga terdapat sebuah makam ulama Syekh Maulana Abdul Qadir.Panjang kuburan itu sekitar sembilan meter. Ulama ini berasal dari Negara Timur Tengah mau menuju pusat Kerajaan Aceh Darussalam.Karena perahu yang mereka tumpangi tenggelam diterpa badai dan dihantam ombak besar.Beberapa orang dari ulama itu terdampar dan wafat di sana dan dimakamkan di Pantai Gosong Telaga.

Derita Kerajaan Singkil Era Penjajahan Belanda dan Jepang

Gambar
Pada masa klonel,singkil pernah dipimpin oleh raja yang bernama lebai depha.Pada mulanya raja ini menerima kehadiran belanda disingkil,bahkan ia memperlakukan belanda secara istimewa karena janji belanda yang menyanggupi membantu singkil untuk melepaskan diri dari kekuasaan kesultanan Aceh. Janji belanda tersebut hanya tipu muslihat saja pada tanggal 14 maret 1672 singkil dipaksa untuk menanda tanda tangani perjanjian belateral yang sangat merugikan yaitu bahwa kerajaan singkil harus setia sepenuhnya kepada belanda,semua hasil bumi harus dijual kepada asosiasi dagang belanda (VOC) dengan harga yang ditentukan Belanda. Sekitar abad ke 17 asosiasi dengan inggris East indian company memasuki wilayah Singkil. Inggris lantas merampas hasil bumi yang sudah menjadi wewenang belanda. Memasuki abad ke18 singkil tidak lagi loyal kepada belanda. Hal ini disebabkan karena kapal – kapal dagang inggris dan amerika mulai berdatangan.Kedua negara itu menumbuhkan iklim perdagangan b

Segelintir Kisah Makam SYEKH MAULANA ABDUL QADIR di Gosong Telaga Aceh Singkil yang Dianggap KERAMAT

Gambar
Sudah Pernah Dengar Ada makam syekh yang berada di gosong telaga yang dianggap masyarakat sekitar sebagai makam keramat ?? Lokasi makam tersebut berada  Tidak berapa jauh dari jembatan yang oleh banyak orang dinamakan Jembatan Pelangi - sekitar 800 meter ke arah pantai,terdapatlah satu makam tua berukuran panjang ( 9 meter). Makam tersebut, menurut tuturan orang-orang tua adalah makam ulama Syekh Maulana Abdul Qadir (ada juga yang menyebut Abdul Jalil),seorang ulama yang berasal dari Timur Tengah. Konon,pada masa khalifah Dinasti Ummayah,Umar bin Abdul Aziz (717-720) sangat gigih mengembangkan ajaran Islam ke pelosok dunia tak terkecuali ke Nusantara. Hal ini didorong pula dengan terbentuknya jaringan ulama Timur Tengah atau lingkaran Komunitas Jawi (ashab al-jawiyyin),membuat Islam terus dikembangkan dan diperkenalkan ke seluruh penjuru Nusantara. Jajat Burhanuddin Dalam bukunya Ulama dan Kekuasaan halaman 30 mengatakan,pada abad ke-17 hubungan Kerajaan Aceh Daru